“CINTA LAMA TIDAK BOLEH BERSEMI KEMBALI”
Add caption |
Tiba-tiba saja dia muncul di
Fakultas Teknik, bertamu ke Ibu Marlina, karena Surya juga dulu murid bimbingan
Bu Marlina. Dua-dauanya wanita hebat yang aku pernah kagumi. Aku dipanggil Bu
Marlina, karena beliau tahu bahwa aku pernah sangat akrab dengannya saat masih
sama-sama kuliah. Surya meninggalkan aku, karena memang komitmen kami. Bila dia
duluan lulus, maka dia bebas meninggalkan aku bila dia bekerja di kota yang
lain, sehingga tidak ada LDR diantara kami. Namun cara dia meninggalkan aku
yang tak kuterima, sejak dia masih sekota dia telah menutup akseku menemuninya.
Bukan main.
Surya sekarang sangat berbeda
dengan Surya yang ku tahu, Surya yang suka meminta aku mengajarinya Mekanika
Teknik dan Analisa Vektor saat tahun-tahun awal kami menjadi mahasiswa. Saking
sringnya Surya datang ke kosku dengan motor trilnya akhirnya kami saling jatuh
cinta. Kalau kau tau saking kampungannya aku, keringatku mengucur deras saat
dia memepetku saat mengajari kedua mata kuliah itu. Sekarang pakaiannya tidak
menunjukkan bahwa dia seorang akademisi atau orang teknik, lebih kepada seorang
bisniswati enteprenurship, lebih kelihatan seperti selebiriti. Memakasi sack
ketak, baju you can see, dengan scrap mahal melingkar di lehernya. Tasnya pun
bermerk terkenal, seperti tasnya Syahrini. Dan yang membedakan dengan Surya
yang dulu adalah farfum yang dipakainya sangat berkelas. Bisa menggoda setiap
pemuda wanginya, sangat elegant.
Sementara aku, masih seperti yang
dulu. Dengan celana ‘nasional’ ku celana kodore, sedikit komprang, baju kemeja
yang sedikit army look, hanya sekarang ku masukkan ke dalam celana, serta sebuah
jaket kanvas model Korea. Wah ibarat langit dengan bumi. Namu seorang kerabatku
mengingatkan aku harus tetap berjalan tegak tak boleh menunduk.
Surya yang ku jumpai di Makassar
dengan Surya yang kujumpai di Faluktas, sangat berbeda, dapat dikatakan berbeda
180 derajat. Di Fakultas dia menunjukkan kemesraan yang dulu pernah aku
rasakan, selalu glendotan memegangi tangan ku sepanjang perjalanan. Orang
Faluktas, kelihatannya tidak melihatnya sebagai sesuatu yang aneh. Hanya satu
dua mahasiswaku melirik dengan sinis, dan satu dua ada yang memberikan switan. Swit-swit
Hahahaha. Itupun dulu dia lakukan juga, sehingga BU Marlina sering cemburu. Hehehehe
.
Aku tidak memberikannya harapan
palsu (PHP) hanya aku menghormati tamu dan orang yang pernah singgah dan
meninggalkan hatiku, Walau sakit kalau dikenang akan tetapi untuk sementara aku
harus professional menerimanya. Dia
bercerita tentang bisnisnya, tentang kesuksesannya, aku hanya pura pura
serius mendengarnya, walau sebenarnya dalam hati kecilku aku ingin sesekali
mencumbunya kembali saat waktu mahasiswa beberapa tahun yang lalu.
Kutimbang-timbang, memang cinta itu durjana….. Hahaha kaya Sobar saja. Dia
seperti gempa sewaktu waktu dapat muncul lagi, walau dengan kekuatan yang
berbeda.
Dia mengagumiku dan menceritakan
bagaimana aku lulus dalam waktu yang hampir besamaan S1 dan S2 ku. Ku katakan kepadanya
itu semuanya karena kebaikan Pak Serang dan Bu Marlina saja yang menyetujui
tugas akhirku, sebuah proyek kecil yang kuajukan . Serta kelihaian Luna yang
membangkitkan semantaku, meningkatkan motivasiku, sehingga memiliki daya juang
kembali, serta kepercayaan diriku muncul lagi.
Akupun sudah ada di salah satu
kafe, di kawasan nan asri BTDC Nusa Dua. Aku pesankan dia secangkir kopi latte tiramisu.
Dan dua potong kue kecil yang kutahu merupakan kesukaannya. Aku juga beberapa
kali sempat lihat status fb nya, itu kesukaannya. Thank katanya. Aku ragu, aku
berada dipersimpangan jalan. Kenangan masa laluku merobek-robek pikiranku,
namun kenangan bersama Luna yang sangat profesional, tidak pernah menunjukkan
bahwa dia juga jatuh hati padaku, hanya dengan tindakan saja membuat aku lebih
bisa mengontrol diri, dan sangat menyayanginya. Lebih dari rasaku terhadap Bu
Marlina.
Aku tak yakin kalau dia dengan
kecantikan, gayanya, bodinya yang sangat sempurna, masih menjomlo, seharusnya
Surya sudah mendapatkan pasangan. Forgot it kataku. Akan tetapi Surya semakin
menempel aku saja sama seperti saat dulu, bahkan aku merasa risih, tidak cuek
seperti saat dulu. Mungkin tingkat kewajaran dan kesederhanaan yang kujumpai
dalam diri Luna, dan sikap demokratis keluarga Luna. Tidak seperti Surya dia
ahanya ingin selalu nomor satu. Dengan menghalalkan segala cara termasuk saat
belajar. Termasuk dengan curangnya dia memperalat aku untuk menggarap projek
Tugas Akhirnya sehingga cepat lulus, serta mengorbankan tugasku.
Ingin rasanya aku balas dendam
menyakitinya….. Namun hati kecilku berontak, selalu ingat nasehat Luna, yang
selalu mengingatkan sakit tidak harus dibalas dengan sakit. Sehingga sudah
seharusnya aku tidak mendendamnya. Saat aku duduk-duduk di tepian kolam di
ujung kafe , telepon genggamku berbunyi… Nadanyapun ternyata kusetel Cinta
Durjananya Reynold Panggabean untuk panggilan dari Pak Sobar. Dia tertawa…. Dan
keceplosan ngomong. Akh nada deringmu Ren, kaya nada deringnya Pak Sobar, situa
Bangka itu…… Si Tua bodoh katanya. Akupun curiga ada apa rupanya.
Memuncak rasanya panas hati ini
saat dia mengatakan kaya si tua bangka Sobar.
Aku kendalikan diri. Aku minta maaf sama Surya untuk menerima telepon
itu. Ternyata memang dari Pak Sobar. Dia mengundangku untuk mampir ke Biro
Psikologi Luna untuk melihat-lihat dan menata letak beberapa mebel yang dia
baru kirim. Aku sanggupi beberapa hari
kedepan akan aku telepon kembali, untuk menentukan harinya.
Surya bercerita kenapa dia pergi
meninggalkan kota ini, setelah tamat sekolah. Itu karena sesuatu yang terkait
dengan Pak Sobar. Saat Surya mengambil tugas magang rupanya, dia terlibat cinta
terlarang dengan Sobar. Sobar dia permainkan, dikuras uangnya, digunakan
sebagai modal untuk merintis usaha Biro Arsitek, belajar mengambil projek di
luar kota. Rupanya untuk beberapa lama Sobar masih rajin menyambanginya ke luar
kota. Namun begitu Surya mendapat tawaran untuk bergabung dengan sebuah
pengembang internasional di Singapura, yang mengembangkan propertinya di daerah
Zuhai, China Tenggara, Suryapun meninggalkan Sobar dengan membawa uang
perusahaan yang cukup besar, karena semuanya dalam mata uang asing, dan memang
atas nama Surya.
Firasatku Pak Sobar pasti mengetahui kedatangan Surya
yang mengunjungiku, karena hampir semua anak muda di daerah ini dekat dengan
Pak Sobar. Jangan jangan dia memata matai aku. Dia wakil rakyat yang rajin
turun ke konstituennya, melihat permasalahan yang berkembang. Kutanyakan ke Surya, kenapa tidak menemuinya
saja. Ku katakan bahwa sekarang dia sebagai wakil rakyat di DPRD. Suryapun
kaget, dia mengira Pak Sobar bangkrut dan terserang stroke. Akh ada ada saja
kamu Surya orang segar bugar begitu kau bilang stroke,,,,,, usahanyapun semakin
berkibar tidak bangkrut seperti dugaanmu kataku. Wah tak kuduga, cukup tangguh
yang tua-tua begitu. Akh lupakan saja Sobar kataku.
Aku temani dia hampir setiap sore
sampai malam selama dia ada di kota ini. Kelihatannya dia datang hanya untuk bernostalgia,
napak tilas masa lalunya, termasuk masa lalu yang pernah aku lalui. Banyak
kenangan yang dia minta kami ulangi selama dia mampir ke kota ini. Hanya saja
itu lebih banyak kenangan pacarannya anak kuliahan yang masih terkontrol oleh
norma. Tak kukira Surya lebih agresif saat ini, sangat berbeda dengan
penampilannya menjaga image saat ada di tengah semiar. Kurang ajar….. apa aku
yang masih ortodoks apa ia yang sangat maju….. aku malu sama Pak Sobar.
Ternyata dia bekas kekasihna sobar, atau Sobar bekas mainannya Surya.
Entahlah.. masa bodoh that isnot my bussines. Aku muakkkkkkk teriakku dalam
hati, bahkan jadi jijik sekali dengan Surya.
Aku tetap bisa mengontrol diri,
dan aku tidak mau dikecewakan dia untuk kedua kalinya, dan aku juga tidak mau
membalas dendam, Aku mau menikmati saja seperti air yang menikmati alirannya,
walau terbentur dia terus menikmatinya sepanjang jalannya mengalir menuju
lautan bebas.
Surya yang sudah menjadi wanita
metropolis, Bu Marlina sebagai maskotnya dosen teknik, serta kedewasaan Luna
yang selalu membuat hatiku teduh silih berganti berkecamuk dalam benakku., Mungkin
terlalu lama aku melamun, tiba tiga Surya memelukku erat dan mendaratkan
bibirnya ke biirku bersamaan dengan sandikala tiba, dipinggiran kolam diujung
kafe itu. Kamipun hamir masuk kolam, aku dapat menjaga keseimbangan. Menyadarkan
aku bahwa aku ini sekarang dosen, yang punya harga diri. Kuladeni kecupan
mesranya agar Surya tidak terlalu kecewa. Farfunnya sayup sayup menerobos
hidungku dari badannya yang tersenbunyi dalam pakaian mahalnya. Aku masih ingat
segala sesuatu terkait dengan Surya, namun tak aku teruskan. Itu semua bukan membuatku tambah terlena,
namun menyadarkan aku STOP, hanya sampai disini.
Aku lewati senja itu bersama
Surya, membuka lembar demi lembar kenangan kami selama bersama memadu kasih
sebelum dia meninggalkan aku. Kebun-kebun fakultas, kantin , cafeteria, sampai
ke lorong perpustakaan aku lewati kembali penuh dengan ketawa ketiwi ingat
dengan apa yang pernah kami lalui. Tetapi rasanya kok aku tidak ikhlas mereviewnya.
Ada kekecewaan disana. Surya tanpa perasaan meninggalkan aku, sejak dia lulus,
berhasil dengan Biro Arsiteknya sampai dia ikutan seoarang developer
internasional ke Singapura.
Dia memang sangat kejam, dia
telah mencoreng cinta suciku, dia telah membuat aku terpuruk tertatih tatih,
kemudian diuluri tangan Luna untuk dapat berjalan lebih tegak menuju sebuah
garis etape pendidikan dan penggalan hidupku. Memang tidak salah bila ku ingat
syair lagu Cinta Durjana, juga berlaku untuk Surya. Masalah ini mungkin dapat
kugali lebih jauh saat aku diundang Pak Sobar ke Biro Psikologinya Luna. Topik
yang kami yakin Pak Sobar akan mempu menceritakannya dengan detail. Bisa saja
juga dia mengunci habis masa lalunya bersama Surya, karena merasa dipermainkan
anak muda.
Sambil rebahan sehabis
menghantarkan Surya ke Bandara untuk kembali kekantornya yang baru di Cabang
Hanoi Vietnam, kuputar lagu Cinta Durjana yang sempat aku download dari Youtube……….sangat
kuingat penggalan syairnya………
Walau bagaimana buasnya wanita,
pasti ada sifat keibuan juga.
Tapi engkau lain dari yang
lainnya,
Memperkosa aku di masa muda………..
Merana Merana Aku Merana
Merana karena Cinta Durjana…..
STOP bang, adikku mematikan
laptopku yang sedang memutar lagu itu. Mengingatkan aku untuk segera mandi dan
sembahyang,,,,
Terima kasih adikku, ku peluk
adikku dengan penuh kasih sayang. Kuberikan bungkusan kecil farfum yang sama
dengan yang dipakai Surya yang masih kupegang sedari tadi yang sempat kubeli
saat mengantarnya ke bandara. Pakailah pasti kau akan lebih anggun bila
memakainya….. Terima kasih Bang serunya. Abang memang Abang yang paling baik di
dunia……. Akh bisa saja kamu dik…..
====Puri Gading, awal Maret 2014===
Lanjut..Pak..
BalasHapusBagaimana komentarnya Pak KG, karena banyak yang protes terutama ibu-ibu dan wanita bilang Reno (aku) tak tegas dan mencla mencle....
HapusIjin nebeng hehe
BalasHapusMas Bambang, saya akan sangat setuju kalau link ini dibantu share ke group bb atau fb. Monggo and Tks
HapusSobar 8 nya.....Pak...?Bagaimana Pak dapat ide/ilham tentang cerita-cerita....ini?Sampai lancar....
BalasHapus