Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Kamis, 06 Februari 2014

Sobar-1 PULANG KEMBALINYA LUNA KU



“PULANG KEMBALINYA LUNA KU”

sumber www.google.com
Pagi itu aku pergi sama ibuku, sengaja datang santai dengan pakaian nasional, seperti perintah bapakku tadi malam. Kami sampai sekitar pk 09 30, seperti biasa aku memarkir kendaraanku di tempat parker Ruko Sidirman. Kami mendekat secara perlahan maklum aku tak biasa pakai kain dan kebaya berjalan cepat. Aku tuntun ibuku mendekat lokasi yang bapak maksud, ternyata disana ada suatu acara, peresmian suatu kantor, baru.

Kubaca semua krans ucapan hampir senada bunyinya selamat aras dibukanya biro konsultasi psikologi PsikaLuna. Aku merasa aku mendapat kehormatan atas undangan ini. Aku masuk kedalam kerumunan tamu, tiba-tiba protocol memulai acara peresmian, dan memanggil namaku untuk maju ke depan. Aku diperkenalkan kepada semua undangan, sebagai putri bungsu Pak Sobar, bapakku yang sangat aku sayangi. Mereka memperkanalkan aku sebagai pemilik Biro Konsultasi ini.

Aku menahan perasaan yang berkecamuk di dalam hatiku, dan terus encoba tegar sampai aku disuruh memberikan sepatah dua patah kata. Aku sampaikan bahwa ini suatu acara yang sangat surprise bagiku, yang sebelumnya yak pernah aku tahu, sebagai hadiah aku kembali bertugas di kotaku, setelah hampir delapan tahun aku tinggalkan kota ini, untuk menuntuk studi sampai magister, dan mencoba meniti karier sebagai pegawai negeri sipail, tenaga dosen di kampusku.


Aku yakin pasti semuanya campur tangan bapak dalam mengatur perpindahanku kembali, termasuk menjadi pengajar dan meneruskan pendidikan doktorku di universitas yang ada di kota ku. Terima kasih Bapakku, seorang yang sangat menghargai pilihan anaknya, termasuk aku satu-satunya anak putrid beliau yang dibiarkan saja menuntut ilmu jauh dari mereka termasuk meniti karier sebagai PNS, lain dengan dua abang-abangku. Abangku yang sulung Luyana, seorang seniman lukis yang menikah dengan seorang peneliti antropologi Aussi –Australia-, dan masih aktip di Monash University. Mereka hidup rukun sampai saat ini, dengan dua anak-anaknya, yang sudah menanjak remaja, seorang keponakanku sekarang ikut ayah dan ibuku di kota ini. Mereka sangat berbahagia dengan pilihannya.

Abangku ke dua Deloda, seorang professional perhotelan kerjanya selalu pindah-pindah. Dua tahun di Perancis, dua tahun di Mesir dan seterusnya…. Terakhir aku mendapat kiriman hadiah Ulang Tahun dari abangku dikirim dari New Zealand, dia menjadi salah satu manajer, cain Hilton disana. Abangku ini menikah dengan seorang dara Prancis, mereka membuatku iri, mereka sangat romantis dalam kehidupan sehari harinya. Kuperhatikan mereka seakan pacara terus sepanjang kehidupan berkeluargaku. Namun kelihatannya mereka lebih senang hidpu merdeka, mereka hanya memeiliki anak tunggap seorang putrid, yang kini ditinggal bersama kedua orang tuaku.

Aku bersyukur memililki keluarga seorang yang pluralis, walau keluargaku merupakan keluarga yang disiplin dan mendisiplinkan semua anggota keluarga untuk mengutamakan kewajiban agama, dimanapun berada.

Dalam sambutan ayah, terlihat bagai mana beliau sangat memujiku, dan tersersit harapan aku dapat memberikan setitik kebaikan didalam terpuruk dan terdegradasinya moral kaum remaja. Beliau mengucapkan terima kasihnya kepada banyak pihak, yang menyadarkan aku bahwa acara ini sebenarnya sudah beliau persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Padahal aku secara resmi baru kembali ke kotaku dua bulan lalu.

Setelah semua acara berlangsung dengan penuh kegembiraan, para tetamu dijamu catering special cain Hilton Bali yang  merupakan fasilitas yang memang dapat diambil abangku, sebagai karyawan tetap Hilton selama ini, satu persatu mereka pamitan dan bersalaman dengan keluargaku, Ayah, Ibu dan Aku. Terakhir salam yang istimewa aku dapaykan dari seorang muridku Rano, ya Rano Sianturai yang dalam beberapa minggu ini sudah menjadi pasienku. Dia mengalami guncangan jiwa, dan agak terlambat kuliahnya sampai memasuki tahun kelima belum juga selesai. Dia memberikan salam dan mau memberikan ………istimewa, dengan halus kualihkan mukaku, sehingga dia tidak berhasil mendaratkan ciumannya dipipiku.

Dia ditinggal pacarnya menikah, karena alasan keluarga pacarnya tidak mau mempunyai mantu seorang pembalap, dan Rano tak bisa menerima alasan itu. Diapun menjadi kecewa dan mengorbankan sekolahnya. Padahal aku lihat sebelum kejadian tersebut Indek Prestasinya termasuk lumayan, dua koma delapanm Sembilan. Dia mahasiswa Teknik Sipil. Kukenalkan dia kepada kedua orang tuaku. Rano menemaniku, untuk berkeliling melihat-lihat kantor Biro ku, PsikaLuna. Nama yang bagus Bu Luna kata Rino.

Rino memperhatikan lukiasan dekorasi yang sudah terpajang pada setiap ruangan. Diapun berkomentar “Rasanya aku kenal pelukisnya ini Bu Luna”. Aku tak tahu semuanya sudah di persiapkan oleh ayahku. Aku memang tidak begitu perhatian terhadap lukisan. “Ini lukisan bergata Luyana, dia dosen Nirmana Datarku dulu”. “Mungkin juga, karena dia abangku, mungkin dia sumbang beberapa lukisan”.

Setalah melihat-lihat krans bunga yang dikirim para relasi ayahku, aku terkejut melihat satu kran, yang bertuliskan ucapan sama, hanya dibedakan oleh kembang hiasannya. Semua kembang yang digunakan membuatnya adalah bunga mawar pink. Kok dia tahu ya kesukaanku bunga mawar pink tanyaku dalam hati. “memang kenapa bu?” tanya Rino. “Akh nggak apa-apa, ibu hanya heran kok dia tahu ya selera ibu”. Akh mungkin suatu kebetulan saja. Kuperhatikan dan car-cari pengirimnya, ternyata ada semburat tulisan yang muncul dari gradasi warnanya Rino. Akh aku tahu Rino pasti mengirimnya. Hampir-hampir aku tak dapat menahan diri, kupeluk dia dan ucapkan terima kasih Rino. Untung saja aku dapat mengendalikan diri agar aku, tetap dapat memposisikan diriku sebagai konsultan maupun dosennya.

Aku bergabung dengan ayah dan ibuku di meja makan, kuperkenalkan Reno kepada ayahku, mereka kelihatannya s\sangat welcome, dan asyik saja ngobrol dan sangat nyambung. “Om Sobar apa aku boleh bantu menata kembali dekor kantor Bu Luna, aku ada beberapa lukisan hasil proyekku saat mengikuti mata kuliah nirmala datar” “Boleh, silahkan saja nak Rano, Bapak akan sangat senang bila kau mau mendekor ulang, mumpung masih ada waktu dan masih sepi customerenya Luna”.

“Terserah bapak saja, kalau aku kan tak punya jiwa seni mendekor” sahutku. Kelihatannya ayahku mempunyai detektif untuk mengikuti seluruh gerak-gerijju di kota ini. Maklum mungkin karena aku anak gadis ayah, satu-satunya dan sampai saat ini masih asyik sendiri. Padahal aku telah berulang kali gagal berpacaran, hanya karena alasan-alasan yang sangat sepele dan pasangan yang sudah kebelet mau ngajak menikah saja/

Kuingat aoa yang diucapkan ayah semalam saat kupiciti bahunya yang kata beliau sedikit pegel. Beliau mengatakan sangat berbahagia bisa menghantarkan kami anak-anaknya bisa seperti sekarang. Beliau sangat bahagia walau aku memutuskan untuk hidup melajang. Hal itu pernah kutanyakan ke beliau. Ayah mengharapkan aku tetap dirumah, minimal satu kota dengan beliau kalau sudah menikah nanti. Itupun kalau aku mau. Kalau tidak juga taka pa kata beliau.

Ayah memang orang yang sangat simple dalam berfikirnya, semua orang menurut beliau sudah membawa rejekinya masing-masing, dan mempunyai route kehidupan masing-masing. Semua itu akan mereka peroleh dan lalui dalam kehidupan ini. Makanya semasih sehat, semasih bisa berbuat baik berbuatlah kata beliau, jangan siksa diri ini dengan apa yang kita mau tidak dilaksanakan. Hanya saja beliau selalu mengingatkan kalian boleh mengejar harta, karena hidup ini memerlukannya dalam mencapai apa yang kita inginkan. Kejarlah kepuasan dunia ini, karena ia akan memotibasi kalian untuk berkarya lebih baik, memcapai apa yang kalian inginkan, karena kepuasan itu akan memompa semangatmu untuk hidup. Hanya saja beliau ingatkan untuk selalu berpedoman dalam mengejar arta dan kepuasan ini di jalan Tuhan. Nah ini yang berat.

Beliau memicuku untuk tetap semangat menuntut ilmu, pesannya selalu boleh kalian berkarier dimana saja, namun jangan lupa menuntut ilmu sampai tuntas. Beliau memotivasiku, membakar semangatku lihat abang-mu, walau Luyana seorang seniman lukis tetapi dia Doktor Seni dari Perguruan Tinggi Ternama, perhatikan abangmu Deloda, walau dia berkecimpung didunia perhotelan dia professional, dia selesaikan Doktornya di Swiss. Waduh kecil aku kalau aku berdebat sama ayahku. Namun beliau selalu mengingatkan kembali, yang penting kita berusaha nduk, masalah hasilnya kita serahkan ke pada yang di atas Tuhan yang Maha Esa.

Kupelauk ayahku dihadapan ibu dan Reno, kuciumi ayahku, aku terlupa bahwa aku sedah dewasa tetap mempunyai kelakuan seperti saat aku kecil kalau senang aku pasti mencium pipi ayahku. Dan ayahpun akan membalas mencium keningku, Kuanggap itu suatu berkah yang beliau berikan kepadaku. Terima kasih ayah, aku tahu ayah dan ibu pasti sangat berbahagia hari ini, sama dengan kenbahagiaan hatiku. Aku tak terkendali ayah pasti bahagia. Dan akupun tak sadar memeluk ketiga orang yang masih tertinggal di kantor.

“ Luna, kenapa kau sangat yakin bahwa ayah sangat berbahagia hari ini, bukankah seperti semalam sudah kukatakan ayag sungguh berbahagia dengan keluarga kita seperti ini, kenapa terlalu yakin Luna?” kata ayahku sambil tersenyum. “Tentu ayah aku tahu, aku tahu dari lagu yang ayag stell saat ini, lagu Cinta Durjananya Reynold Panggabean” kataku. Ayahpun mendekati aku, dan mendekapku dengan pelukan kebapakannya, dan rupanya memberikan kode kepada ibu dan Rano, untuk ikut saling mendekap, dan bersorak………….. Hahahaha ternyata kau sudah tahu isi di hati bapak. Dan lagu Cinta Durjanapun terus mengalun…..
Merana Aku Merana
Merana karena Cinta
Sengsara hatiku sangat sengsara
Hehe karena Cinta Durjana ……..

Kira-kira itu salah satu lagu yang paling sering kudengar di stell ayahku. Bau semalam aku tahu dari ibu kalau lagu itu distell terlebih dengan lagu Berjuta Bunga Indah, itu berarti ayah lagi menikmati hidup dengan sangat berbahagia. Terima kasih ayahku.

Puri Gading, medio Pebruari 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar