Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Minggu, 09 Februari 2014

Sobar-2 SALAM LUNA LEWAT PAK SOBAR

“SALAM LUNA LEWAT PAK SOBAR”

sumber www.google.com
Aku bergegas bangun meloncat dari tempat tidurku, ternyata hari telah beranjak siang. Aku langsung bersiap setelah mandi, dan sedikit merapikan diri. Sambil sedikit sarapan kulihat Blackberry ku ternyata lebih dari selusin bbm masuk, salah satunya bbm dari Luna, yang mengajak aku ketemu di sebuah café, tak jauh dari kampusku, jam 15 00. Bukankan ini waktu yang sangat tanggung, makan siang telat, makan malam ke siangan, wah gak apa-apa demi…. Luna. Kuperhatikan pengirimnya ternyata Sobar, Oh ya Pak Sobar ayahndanya Luna. Ada apa ya tanyaku dalam hati. Apa mungkin aku akan diceramahi?.

Aku terus meluncur melihat beberapa karyawan kantorku yang sedang menggarap dekorasi tepatnya interior dari cluster Puri Kahyangan, sebuah cluster menengah dalam jumlah, karena ada Cuma 30 rumah, tapi high dalam kualitas tepatnya villa, dengan luas masing-masing hanya lima are, yah cukup untuk sebuah keluarga kecil mengarungi bahtera keluarga bahagia. Nah aku kapan ya akan bisa mengarunginya……… Yah Reno kamu jangan mengkhayal yang bukan-bukan, selesaikan dulu sarjanamu teriakku sambil memacu kendaraanku sedikit kencang.

Saat aku sampai di lokasi proyek, semua karyawan ku menyalami aku, terus pergi,  aku kaget ada apa kok tumben. Apa dia tahu aku ……. . Hayo kesini mendekat semua, ini kubawakan rokok untuk kalian ku serahkan ke sang mandornya dua bungkus rokok Bentul Inter kegemarannya. Cukup untuk mereka semua.  Ada apa sih kalian menyalamiku seperti ini, coba kalian jelaskan. Lha apa boss Reno tak membaca ucapan selamatku. Kan hari ini Bos Ulang Tahun, ke 26. Kalian ngeledek aku ya…. Sudah tua ya…….. Tapi terima kasih buat kalian semua,  kalian ingatkan aku bahwa aku sudah tua, dan harus segera menyelesaikan tahapan hidupku, minimal selesai sarjanaku, sehingga lunas kewajibanku kepada orang tuaku. Hahahaha dua adikku sudah menyalip aku jadi sarjana. Tapi mereka kan bukan aku calon Master Teknik…. Heheheh sarjana saja belum kok master. Demikian juga melanjutkan ke jenjang keluarga….. nahagia sih maunya.

Setelah berkeliling memperhatikan sanitasi dan sluran air, serta interior yang sedang dikerjakan, aku merasa puas proyekku berjalan sesuai rencana, bahkan aku bisa menyelesaikannya lebih awal beberapa minggu, dibandingkan dengan rencana awal. Dan yang paling membahagiakan tak ada kebocoran dan  genangan air walau musim hujan

Hari ini tak kusadari aku memakai baju kesenanganku meninjau proyek. Baju kaos polo, celana kodore serta  sebuah jaket jaket kulit cokelatku, yang senada dengan cokelat celanapanjangku. Tak ketinggalan sepatu kesayanganku sepatu kulit Jeep, kulit jeruk. Memang warna cokelat kesenanganku, yang katanya sebagai kekokohan hati, kejujuran dan seterusnya. Mobil Taft kupacu agak santai karena aku masih ada waktu sekitar sejam menuju café tempat pertemuan. Kuharapkan Luna ikut hadir, aku mau menembaknya di depan ayahnya. Tapi apa sopan nggak ya…. Seorang mahasiswa nembak dosennya tepatnya konsultannya. Akh masa bodoh dari padah terus bergelora dalam dada lebih baik kuungkapkan. Yak an yak an.

Kuparkir kendaraanku agak di pinggir parkiran cafe, aku melangkah santai menuju café. Angin musim hujan sangat kencang, mengibaskan rambut gondrongku, seakan dia ikut bersemangat menemui Pak Sobar. Pak Sobar menurutku sekilas sangat terbuka, tidak mau menilai orang dengan buru-buru. Aku harapkan pertemuanku, lebih mengesankan beliau setelah bertemu saat pembukaan Biro PsikaLuna. Apa akan membicarakan detail dari dekorasi biro apa ya.

Kuambil tempat di ruang VIP yang bebas rokok, dan mengindari ketemu teman-teman yang mungkin bisa merusak acara. Biasanya mereka ngumpul disini kalau beasiswa mereka pada keluar. Nah bulan-bulan ini kayanya belum keluar harusnya aku aman disini. Café ini kecil tapi antic, membuat betah berlama-lama. Lagu-lagu yang distel pun lamat-lamat mengalunkan degung.

Tak lama berselang ku dengar, seorang memberikan salam kepada penjaga café. Aku tahu persis suara itu suara Pak Sobar.  Aku kaget Pak Sobar datang dengan pakaian resmi, tapi tidak dengan Luna.
“Selamat Sore, nak Reno”.
“Selamat Sore pak”.
“Maaf pak, kalau aku datang dengan pakaian begini, tak sepadan dengan pakaian Bapak”
“Tenang saja Nak Reno, Bapak minta maaf karena bapak belum sempat ganti pakaian, ada rapat paripurna dewan tadi” “Kan kita tak janjian dengan pakaian remi to!”
“Bapak anggota Dewan rupanya pak”
“Ya, sebagai kelanjutan kegemaran Bapak berotganisasi sejak muda”

Waitress langsung menghidangkan dua Kopi Capucino dan dua piring pisang goreng dengan kentang goreng. Dalam kebingunganku, kok Luna tak ikutan ya. Ada apa ini apa aku akan di adili, karena menyenangi Luna. Aku kan belum pernah mengungkapkannya selama ini. Apa Pak Sobar bisa membacanya, kalau aku menyukai putrinya. Mungkin aku odipus komplek, mahasiswa menyenangi dosennya. Tapi umur Bu Luna kayanya sebaya dengan aku/
“Silahkan nak Reno, mungkin kau belum sempat makan siang tadi, bapak sudah sempat makan ssebelum paripurna dimulai”.

“Terima kasih pak. Terima kasih undangan bapak”
“Nak Reno, dengan Bapak kalian santai saja, tak perlu kikuk. Bapak sengaja pinjam bb nya Luna menghubungi kamu, bapak mau melanjutkan obrolan saat peremisan Biro Psika Luna itu”
“iya pak, masalah apa pak”
“Masalah apa yang bisa kita obrolkan, atau sharing sesamealaki-laki. Karena aku melihat kalau kau punya bakat bisnis bapak perhatikan. Mungkin kita bisa kerja sama. Tapi sebelum ke masalah itu, Bapak ingin tahu bagaimana studimu, tolong ceritakan ke Bapak”

“Nah ini ujian pertama, pikirku”, sekolahku pak masih macet, sehingga program s2 ku pun belum bisa kelar. Aku masih hutang tugas, masing-masing sebuah proyek sebagai tugas akhirku. Beberapa kali aku sodorkan, beberapa proyekku tidak diterima oleh Dosen Pembimbing. Proyek Plaza Casablanca telah kuusulkan ditolak, karena itu yang menjadi Direkturnya memakai namaku. Padahal itu Cuma akal-akalan temanku memasang namaku untuk direkturnya. Proyek River Side Resicence ku sodorkan juga mereka tolak, katanya lebih pas untuk Thesis Magister. Jadi aku menjadi serba salah dan buntu dalam hal ini, sehingga aku terkatung-katung dalam studi sampai saat ini. Mendapat semangat dan konsultansi dari Bu Luna, bersama teman-teman lain yang juga mandeg baru aku mempunyai semangat lagi.

“Hooo itu masalah kamu nak”
“Siapa pembimbing Sarjana, S1 mu”
“Pembimbingku Doktor Serang,Pak, dan Doktor Marlina” yang paling susah ku ajak kompromi adalah Doktor Serang pak. Kalau Bu Mar, atau Doktor Marlina sih setuju setuju saja, bahkan ia sudah memberikan persetujuan.
“Sudah macet berapa semester?”
“Ya kira-kira tiga tahunan, sama dengan kuliahku di Magister”
Lho kok kamu bisa kuliah di program magister sebelum lulus sarjana, Itu karena Indek Prestasiku yang memenuhi syarat, dan program kekurangan mahasiswa maka aku diikutkan, dengan syarat setelah lulus Sarjana baru bisa menyelesaikan administrasi program magister.

Memang bapak bukan tenaga akhli dalam masalah pendidikan, bapak akan bantu kamu dengan cara Bapak, termasuk dengan doa, semoga kamu bisa segera menyelesaikan studimu. Kutahu kamu anak yang pintar, dari cara kamu menilai sesuatu, dari cara kamu dalam berdiskusi sama bapak. Terima kasih pak. Tak usah repot-repot, saya tinggal mendapat persetujuan Pak Serang saja.

“Silahkan diminum kopinya, ini minuman laki-laki, dengan dua tiga tegukan pertama kopi yang masih panas kau akan temukan nikmatnya dan sensasinya kopi”. “Bapak pintar berpromosi”. Oke terima kasih pak, saya akan ikuti saran Bapak. Saya akan segera menemui para pembimbing. “Jangan lupa kau bawa dua-dauanya laporan proyek tersebut, dan dibuat sesuai sistimatika sebuah Tugas Akhir”. Hatiku bergelora kembali untuk segera lulus, seakan mesin jiwaku diisi bensin yang beroktan tinggi, semakin semangat saja derunya. Aku harus tuntaskan studiku, buat apa aku “pintar”- hehehe aku sedikit narsis-  dan sudah bisa menyelesaikan projek kalau studiku secara formal belum tuntas. Hayooooo semangat Reno…. Kamu Bisa kupendam dalam hatiku/

“Oh ya, Luna anakku tadi pagi sempat titip salam buatmu, dan minta maaf tidak dapat menemani bapak ketemu kamu, dia menyesal”. “Dia mengingatkanku kalau ketemu jangan lupa memotivasi, mereka kan calon pemilih bapak, dalam pemilu nanti”Kata Luna.
“Iya Pak terima kasih Salam kembali buat Bu Luna” Kamipun bersalaman, Pak Sobar melanjutkan tugasnya meninggalkan café terlebih dahulu.  Aku terduduk, termenung untuk beberapa lama dan mengambil tasku di mobil. Aku harus cek pekerjaan Tugas akhirku seperti disarankan Bu Marlina sebelum menghadap Pak Serang.

Pelayan café mendekatiku sambil menawarkan apa kopinya mau ditambah, atau mau disiapkan dengan kopi lainnya, kopi latte, atau kopi hitam ditawarkan kepadaku, yang mulai membuka laptop dan melihat beberapa catatan kecil Bu Lina di hardcopy yang pernah ku serahkan saat menghadap terakhir, terutama untuk thesis magisterku.

Secangkir kopi latte menyambung capucino yang telah kuminum sebelumnya bersam Pak Sobar. Mungkin aku sangat grogi, sampai-sampai ku minum sekaligus kopinya. Maafkan aku ………… Pak Sobar, Maafkan aku Bu Luna mungkin minumku tak sopan. Aku coba merangkum beberapa catatan Bu LIna ternyata hampir semuanya hanya merupakan masalah redaksional saja.

Waktu sangat cepat berlalu, semua sudah ku edit catatan Bu Marlina, ku kirim via email ke adikku meminta bantuannya segera mencetak kedua tugas akhirku, dan kuminta minimal tiga eksemplar masing-masing sudah ada di kamarku saat aku tiba di rumah. Ku tunggu jawaban adikku……hehehe ternyata ada email masuk dari Bu Marlina masuk bersamaan jawaban adikku. Bu Marlina mengingatkan aku bahwa aku telah ditanyakan Pak Serang, agar menghadap dalam waktu tidak terlalu lama. Bila perlu besok ditunggu siang, karena beliau akan mendapat tuga “post doctoral”nya di Jepang, mengadakan Riset Bangunan Tinggi Tahan Gempabumi. Aku bingung apa ini cara Pak Sobar membantuku. Aku tak bisa dan belum bisa mengikuti cara berfikir seorang legislator tepatnya politikus.

Ini namanya rejeki gumanku, aku harus mampir di salon langgananku  dulu sebelum pulang,  Salon Salimar, untuk merapikan rambutku agar tidak terkesan gondrong dan liar begitu, seperti rambuk coboy dalam film, walau aku tahu sebenarnya Bu Marlina senang dengan gondrongku. Akh pikiran liarku muncul,  Marlina,,,Marlina. Aku rapikan laptop dan draft koreksian Bu Marlina.  Kuharapkan Pak Serang akan senang melihat hasilku. “am coming Pak Serang!!!”, teriakku

Kuampiri pelayan café, kuselipkan selembar uang merah, dia menolaknya dengan sangat sopan. Dia diam menuntunku dan  menunjuk ke sebuah stiker “No Tip Please”. Kehidupkan mobil Taft ku, kusetel keras-keras –karena ku tahu mobilku kedap suara-. Aku tetap stai tune di Radio Kahyangan Kesayanganku , ternyata lagunya Titk Sandora dan Mukhsin Alatas yang sedang diputar…….. Dunia Belum Kiamat………Banyak  gadis pilihan ,,,,,, Banyak janda uik uik …….. Dunia belum kiamat………………. Itu kira kira syairnya yang masih kuingat. Ternyata berjuang itu harus tidak mengenal lelah, dan jangan berputus asa. Belajar itu sebuah proses panjang, dan jalannya tidak semulus jalan Tol Jagorawi.

Tengah Malam, di medio Pebruari 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar